Sunday, July 17, 2011

Sistem Informasi Nasional/E-Government pada Indonesia, mungkinkah?


Sistem Informasi Nasional (SIMNAS) merupakan sistem informasi yg menunjang pengambilan keputusan berdasarkan tatanan kewenangan pada organisasi kenegaraan.

Pada era 1997-an, gagasan untuk membangun sebuah Sistem Informasi Nasional sebenarnya sudah mulai ada ketika telematika masih menjadi wilayah proyek Departemen Dalam Negeri. Seperti Sistem Informasi Kepegawaian, Sistem Informasi Perlengkapan/Inventaris dan Sistem Informasi Monografi. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan sistem informasi tersebut tidak dapat berlanjut hingga saat ini, diantaranya : 
  • Sentralistis/tidak adanya standarisasi pada setiap provinsi
  • Sistem informasi yang single user, sehingga sulit untuk dikerjakan secara kolektif
  • Sebagai suatu teknologi yang relatif baru dalam kalangan pemerintahan
Kegagalan tersebut menyebabkan banyak daerah yang menilai proyek telematika hanya sekedar mengikuti tren saja tanpa menghasilkan sesuatu yang memberi arti bagi pemerintahan.

Sekarang era sudah berubah, pemerintah pusat tidak lagi punya kuasa besar di daerah. Otonomi memberi kesempatan kepada setiap daerah untuk mengembangkan Sistem Informasi-nya masing-masing. Sehingga pemerintah pusat tidak lagi menganggap pengelola telematika daerah sebagai bawahan, namun lebih pantas disejajarkan sebagai partner.

Kenyataannya, gagasan tersebut juga tidak berjalan dengan baik. Serba terlambatnya kebijakan dan strategi pengembangan SIMNAS menyebabkan pengelola telematika daerah asyik dengan pengembangan Sistem Informasi-nya masing-masing. Hasilnya, kompleksitas integrasi database yang menjadi urat nadi Sistem Informasi Nasional makin menciptakan jurang pemisah antar daerah yang cukup tinggi.

Sebagai sebuah prestasi, kemampuan pengelola telematika daerah harus diacungi jempol. Mereka mampu membangun sebuah Sistem Informasi yang diantaranya terintegrasi dengan baik, sedangkan pengelola telematika pada tingkatan departemen atau Pemerintah pusat banyak yang tidak mampu. Tidak hanya back office, front office pun sudah diimplementasikan di beberapa daerah dan berjalan baik.

Lalu, apakah yang harus dilakukan oleh pengelola telematika untuk sebuah kebijakan dalam pengembangan Sistem Informasi Nasional? Sistem Informasi Nasional/E-Government pada Indonesia, mungkinkah?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, misalkan saya sebagai seorang pengelola telematika diberi tanggung jawab untuk membenahi Sistem Informasi Nasional oleh Pak Presiden dengan dana Rp1Trilyun. Apa yang akan saya lakukan?

Pertama, saya akan membuat standarisasi pada Sistem Informasi sehingga tidak akan terjadi lagi perbedaan sistem yang cukup jauh antara pemerintah dan daerah.
Mungkin bisa dilihat dari sukses-nya OSI Layer (standarisasi layer untuk membuat Network Hardware) pada dunia.

Caranya, diawali dengan menyusun daftar database yang dibutuhkan dalam skala nasional dan daerah. Kemudian dipilih database yang paling memungkinkan dan menjadi basic dari database SIMNAS. Selanjutnya disusun draft format standar database & aplikasi SIMNAS yang mencakup design, struktur database, struktur coding dan sebagainya. Bahkan bila perlu jenis dan penamaan database serta field-field-nya distandarkan, sehingga membantu daerah dalam membangun sebuah Sistem Informasi-nya.

Kedua, menyerahkan SIMNAS ini dikelola oleh BPS (Badan Pusat Statistik) agar bisa lebih akurat karena didukung oleh data sensus penduduk.

Ketiga, mengajak kerjasama para pengelola telematika yang handal di pusat dan daerah agar implementasi SIMNAS ini bisa berjalan sesuai yang direncanakan.

Jadi, mungkinkah Sistem Informasi Nasional diwujudkan? Tentu saja mungkin, sejauh Sistem Informasi Nasional ditetapkan sebagai proyek nasional, bukan proyek pusat. Perlu dipahami bahwa dalam beberapa daerah dan dalam beberapa segi teknis, daerah lebih unggul dan lebih paham pekerjaannya daripada pusat. Harus diakui bahwa implementator sesungguhnya dari SIMNAS adalah daerah yang harus mengelola berbagai Sistem Informasi turunan departemental. Sudah selayaknya daerah menjadi partner pusat.

9 comments:

  1. pemerintah seharus nya membuat SIMNAS yg seperti ini

    ReplyDelete
  2. saya setuju.. otonomi daerah semakin menunjukkan daerah mana yg berkembang dan mana yg ketinggalan.
    pembangunan yg sesungguhnya harus nya itu merata di tiap daerah.

    harus ada jalan tengah antara otonomi dan pembangunan terpusat.

    ReplyDelete
  3. jawaban'a jelas mungkin dan tergantung dr oknum yg melakukan..
    sehebat apapun rencana dan program yg dilakukan pemerintah tp msh ad oknum2 dr dlm yg nakal seperti sekarang semua tdk akan bs berjln dgn semesti'a..

    ReplyDelete
  4. pertanyaan saya, mengapa anda berfikir BPS turut bertanggung jawab atas SIMNAS yg anda buat?alasan nya?dan apakah akan efektif kalo dibuat seperti apa yg anda bilang?

    ReplyDelete
  5. @Beruk klo mnurut saya sih, BPS sangat berperan penting.. karena semua data-data kependudukan berpusat di sana.
    saya berpikiran efektif SIMNAS di bawah naungan BPS, karena klo berdiri sendiri contoh-nya seperti saat ini.. banyak data yg redundan.. lebih baik berpusat dalam satu lembaga kan.. ^o^

    ReplyDelete
  6. setuju dengan M.Fobby ..
    "tergantung dari oknum yang melakukan"
    karena sebaik apapun programnya , bila SDM yang melakukan prosesnya tidak tertib maka tidak akan berhasil .
    Yang ingin saya tanyakan disini , bagaimana jika pengelolaan SIMNAS ( yang menurut anda diserahkan pada BPS ) ternyata tidak berjalan dengan lancar ..
    *kita ambil contoh proses pendataan penduduk untuk pemilihan umum , masih banyak kekurangan disana-sini karena kinerja BPS yang tidak maksimal ( khususnya dalam proses pengupdate-an data masyarakat ). Selain itu , BPS sendiri bisa dibilang sudah memiliki banyak tugas yang berhubungan dengan statistika kenegaraan ( yang nantinya akan menjadi sumber data dari SIMNAS ini )


    sekedar saran , bagaimana jika SIMNAS tersebut dikelola suatu badan khusus ( bisa dibawah kementerian kominfo atau yang lain ) sehingga pengerjaan dan pengelolaannya bisa maksimal :)

    ReplyDelete
  7. @Anggun tau darimana ga maksimal? dari dulu sampe sekarang untuk masalah data kependudukan ttep ngambil data dari BPS.. klo masalah SDM nanti tinggal ditraining & diadakan seminar" yg positif (seperti ESQ dll)
    alesan knp saya milih BPS, jawabannya udah ada di atas comment anda persis.. :p

    ikan hiu dalem lemari..
    yuk mari.. ^o^

    ReplyDelete
  8. mas kalo misalkan di daerah pelosok gimana cara kita mengatasinya mas??

    mampir kesini juga yah

    jgan lupa comment

    http://georgejacoblogs.blogspot.com/2011/07/1-t-untuk-membenahi-sisfonas.html

    ReplyDelete
  9. @Georgejacoblog's maksudnya "daerah" di blog saya ini adalah provinsi..
    untuk masalah daerah pelosok, yaa.. pasti ada perwakilan IT di setiap provinsinya masing" yg akan mengaturnya lagi.. setelah itu perwakilan dr daerah akan laporan setiap bulannya ke pusat..
    entah itu bad-news/good-news.. hhe..
    begitu sih menurut saya.. ^o^

    ReplyDelete